PAUD (Ilustrasi) |
SOBAT PRAKTIS - Kesadaran
memberikan pendidikan bagi anak-anak usia dini kini semakin berkembang.
Berbagai sekolah berlomba-lomba menerapkan berbagai metode pendidikan untuk
anak usia dini. Namun, orangtua sebaiknya lebih bijaksana memilih metode
pendidikan yang tepat.
Menurut Ketua Komisi
Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait, anak-anak berusia balita (bawah lima
tahun) yang mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD) seharusnya tidak
diberikan pendidikan baca tulis dan hitung (calistung).
"Kurikulum yang
ada dibuat PAUD itu seharusnya didesain lebih pada sosialisasi pendidikan
kepada anak, seperti berkenalan kepada temannya, bagaimana berinteraksi dan
sosialisasi; bukan calistung. Berhitung itu seharusnya dimulai dari kelas I SD,"
ungkapnya dalam acara media edukasi bertajuk "Mengenali Gejala Stres pada
Anak" yang diadakan oleh lembaga konseling Personal Growth di Jakarta.
Dengan diajarkannya
calistung pada PAUD ini, ia menilai anak-anak menjadi stres. Demikian pula dengan
orangtua dan gurunya yang ikut stres, dan akan berdampak ketika menghadapi
ujian nasional.
"Anak kita yang
PAUD tidak bisa baca tulis, orangtuanya stres karena tidak bisa memasukkannya
ke SD. Begitu seterusnya karena tidak sesuai grade. Ini dikarenakan sistem
kurikulumnya memaksa anak harus bisa baca tulis," paparnya.
Kurikulum seperti
itu, katanya, seperti sistem target yang harus diselesaikan. Seharusnya sistem
pendidikan menggunakan sistem yang dapat membuat anak didik nyaman dan senang
saat belajar.
"Kalau sekarang,
misalnya, ketika guru tidak bisa hadir di kelas, anak-anak senang. Tidak merasa
seperti ada yang kurang. Di sinilah salahnya," lanjutnya.
Menurut psikolog
Ratih Ibrahim, seharusnya di setiap keluarga terbangun sebuah kesadaran bahwa
pendidikan bukan hanya dari sekolah. Alternatif pendidikan itu bisa disediakan
oleh orangtua.
"Sebetulnya,
paling penting, itu disediakan oleh orangtua karena mereka kenal dengan baik
psikologis perkembangan anaknya," ujar Ratih yang juga Direktur Personal Growth,
dalam acara yang sama.
Dengan demikian, kata
Ratih, kalau orangtua percaya diri akan anaknya dan gaya mendidik mereka, maka
anak akan menemukan potensi mereka. "Ini yang tidak bisa diukur dengan
nilai," katanya.
0 comments:
Posting Komentar