Ahad, 28 Juni 2009,
terguncanglah mata hati saya. “Guru adalah pejuang rakyat yang bekerja tanpa
pamrih walaupun ketika di rumah harus bergelut dengan segala kebutuhan dan
kondisi hidup yang serba sulit. Menjadi guru tak boleh didasari oleh niat untuk
sekadar mengisi lowongan pekerjaan. Guru bukan pekerjaan main-main karena yang
dihadapinya adalah anak-anak yang kelak akan menentukan arah perubahan masa
depan bangsa. Anak-anak adalah rumah masa depan kita,” urai sosok guru yang
telah pensiun di tahun 1990-an ini.
Monica Balubun, itu
namanya. Kisahnya sangat menarik untuk dicermati. 76 tahun lalu, dirinya lahir
di Maluku Tenggara. Semasa menjadi guru, beliau sudah terbiasa mengajar di tiga
kelas. Karena dulu, di sana hanya terdapat sekolah-sekolah yang gurunya hanya
ada 2 orang. Kondisi alam pula yang menuntut beliau harus menggunakan sampan
untuk bisa sampai ke sekolah, berpindah dari satu pulau ke pulau lainnya.
Walau demikian,
semangat untuk mengabdi tak pernah surut. Gaji sampai di tangan 6 bulan sekali
pun, bukan masalah berarti bagi dirinya. Sebaliknya, kerja ekstra malah sering
beliau lakukan demi anak didiknya. Les tambahan jadi agenda rutin yang
dilakukannya demi mencapai prestasi belajar para siswanya. Berapa rupiah para
siswa harus bayar? Nol rupiah.
“Tuhan akan selalu
kasih kebijakan dan pengertian. Maka, katong (kita) sebagai guru tak boleh
takut pada pimpinan, tapi takut dan berdoalah pada Tuhan, karena ia penilai
kita yang sesungguhnya,” urainya singkat ketika ditanya soal profesionalisme
guru.
Nenek setengah baya
yang pernah menjadi anggota DPRD provinsi Maluku periode 1999 – 2004 ini pun
tak pernah merasa sudah pensiun jadi guru. Karena, baginya guru bukan status,
tapi fungsi. Jadi, jangan heran kalau beliau selalu menyempatkan diri untuk
bercengkrama dengan anak-anak berseragam sekolah untuk sekadar berbagi
pengalaman & nasihat hidup.
Menawan suaranya,
Mengundang isi perkataannya, Melayani dengan kasih sayang (3M), itulah prinsip
hidup sang guru dari bumi Pattimura ini. Suara yang menawan akan membuat setiap
orang terpesona. Bagi guru, penting punya suara yang bisa didengarkan siswa,
terutama dalam situasi pembelajaran di ruang kelas.
Yang lebih penting lagi,
suara itu memiliki daya tarik bagi siswa karena mengandung kata-kata yang penuh
kebijaksanaan. Siswa selalu disadarkan akan pentingnya belajar & bekerja
keras untuk mengejar cita-cita masa depan mereka. Mendidik siswa dengan kasih
sayang, inilah tingkat kesempurnaan hidup seorang guru. Siswa adalah segalanya.
Segalanya untuk siswa.
Saya tak bisa
berkata-kata lagi. Takjub akan kisah perjuangan hidupnya menjadi guru. Bu guru
yang satu ini pun mengajarkan satu hal penting, jadilah guru yang baik atau
tidak sama sekali. Profesi guru, bukanlah jalan untuk memuaskan hasrat dunia.
Sesungguhnya, menjadi guru adalah amanah yang hanya bisa diemban oleh
orang-orang pilihan. Apakah orang pilihan itu Anda?
republika.co.id
Penulis : Asep
Sapa'at
Teacher Trainer di
Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa
0 comments:
Posting Komentar